JABIR
IBN HAYYAN
Abu Musa Jabir bin Hayyan Al Azdi, atau dikenal dengan nama
Geber di dunia Barat merupakan seorang ilmuwan dan filsuf terkenal. Beliau diperkirakan
lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 M dan wafat 803 M. Tokoh besar yang
dikenal dengan sebutan “The father of
modern chemistry” ini adalah berketurunan Arab, namun ada juga yang
mengatakan bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan Al Azdi berasal
dari suku Arab Azd adalah seorang ahli di bidang farmasi. Ayahnya termasuk
pendukung Dinasti Abbasiyah dan ikut membantu meruntuhkan Dinasti Umayyah. Pada
masa kekuasaan Bani Umayyah, ia hijrah dari Yaman ke Kufah yang di mana
merupakan salah satu kota pusat pergerakan syi’ah di Iraq. Ketika ayahnya
sedang melakukan pemberontakan, ia tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah di
Khurasan, kemudian ia dieksekusi dan dihukum mati. Setelah ayahnya meninggal,
Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-Qur’an dan
berbagai ilmu lainnya dari seorang ilmuwan yang bernama Harbi al-Himyari.
Setelah Dinasti Abassiyah berhasil menumbangkan Dinasti
Umayyah, Jabir kembali ke Kuffah. Profesi Ayahnya yang notabene ahli farmasi
telah banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran Jabir dan ia sangat tertarik
untuk mendalami dan berkarir di bidang kimia. Jabir belajar dari beberapa guru,
diantaranya: (1) seorang Imam masyhur yaitu Imam Ja’far Ash-Shadiq, (2)
Pangeran Khalid Ibn Yazid, (3) Barmaki Vizier yang merupakan ahli kedokteran
pada masa kekhalifahan Abbasiyah dibawah pimpinan Harun Al Rasyid.
Jabir sangat tekun bekerja di laboratorium yang terletak di
dekat Bawaddah di Damaskus. Di laboratorium tersebut Jabir menemukan suatu
penemuan-penemuan besar. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di
dalam penelitian kimia sehingga setiap eksperimen dapat di reproduksi kembali. Jabir
menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi,
sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya Hukum Perbandingan Tetap.
Setelah berkarir di Damaskus, Jabir kembali ke Kuffah,
tepatnya pasca tragedi Baramikah yang disebabkan oleh sikap para menteri
Dinasti Abbasiyah yang sombong dan menyelewengkan sumber-sumber sejarah. Jabir
meninggal pada tahun 815 M di Kuffah. Jabir tidak hanya ahli di bidang kimia
saja, melainkan ikut memberikan sumbangan keilmuwan di berbagai bidang, seperti
farmasi, fisika, filosofi, dan astronomi.
B.
Karya-karya Jabir Ibn Hayyan dan Perannya dalam
Perkembangan Kimia Modern.
Jabir terbukti telah
mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap
sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang
dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia. Jabir terus mengembangkan
penelitian di bidang kimia sampai mencapai 500 studi. Kontribusi lainnya antara
lain: penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Karya-karya Jabir antara lain:
1.
Al
Hikmah Al Falsafiyah
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan berjudul Summa Perfecdonis.
Dan berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel,
mengalihbahasakan karya Jabir ini dengan judul Summa of Perfection.
2.
Kitab
al Rahmah,
3.
Kitab
al Tajmi,
4.
Al
Zilaq al Sharqi,
5.
Book
of The Kingdom, (diterjemahkan
oleh Berthelot).
6.
Book
of Eastern Mercury,
(diterjemahkan oleh Berthelot).
7.
Book
of Balance (diterjemahkan
oleh Berthelot).
8.
Al
Khowash,
9.
Shifah
al Kaun (kosmologi),
10.
Al
Hikmah al-Mashunah,
11.
Ath-Thobi’ah,
12.
Shunduq
al-hikmah (Rongga Dada
Kearifan), merupakan sebuah manuskrip.
13.
Al-Lahut,
14.
Ath-thobi’ah
al Fa’ilah al-ula al-Mutaharrikah,
15.
Kitab
as-Sumum,
16.
Asror
al-Hikmah,
17.
As-Sir
al-Maknun,
18.
At-Takhlish,
19.
Al-Ihraq,
20.
Al-Ibdah,
21.
Shubh
an-Nufus,
22.
As-Sir
al-Maktum,
23.
Al-Ijaz,
24.
Al-Juf
al-Aswar,
25.
Nihayah
al-Itqan,
26.
Istiqsha’at
al-Mu’allim,
27.
Al-Kimia
al-Jabiriyyah,
28.
Kitab
as-Sab’in
29.
Az-Zuhra. Pada abad pertengahan, orang-orang
Barat mulai menerjemahkan karya-karya Jabir Ibn Hayyan ke dalam bahasa Latin,
dan dari ke-tujuh puluh kitab yang diterjemahkan itu salah satunya adalah kitab
yang paling terkenal yaitu kitab ini yang diterjemahkan menjadi Book of
Venus
30.
Kitab
Al-Ahjar yang
diterjemahkan menjadi Book of Stones.
31.
Al
Kimya. Terjemahan
Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert
Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy.
32.
Mukhtâr
Rasâ`il.
Volume
1 berisi berbagai pembahasan yang di antaranya berkaitan dengan filsafat,
teologi, ilmu kalam, logika, aspek-aspek teknis kebahasaan, anatomi, mineral,
tumbuhan dan hewan, serta pendidikan. Dalam hal ini, berbagai topik
tersebut diklasifikasikan pada dua aspek penting, sesuai dengan orientasi
bahasan, yaitu aspek kimia dan kependidikan. Pembahasan tentang kimia
sendiri, dalam pengertian menyangkut konsep-kimia secara umum, dan proses
pembelajaran kimia juga banyak terdapat.
Berdasarkan
identifikasi kandungan isi terlihat bahwa buku Mukhtâr Rasâ`il volume 1
memiliki cakupan bahasan yang luas, meliputi berbagai disiplin ilmu.
Cakupan selengkapnya dari keseluruhan isi buku tersebut cukup sulit untuk
diinventarisir secara lengkap karena beberapa hal. Di antaranya,
kerumitan bahasa dan terminologi yang digunakan. Sebagian kosa kata yang
terdapat pada buku tersebut cukup sulit untuk dicari padanan katanya dalam
bahasa Indonesia kontemporer, maupun karena kesulitan untuk memastikan arti
yang tepat dari berbagai istilah yang sekarang sulit ditemukan.
33.
Kitab
al-Bahts, di sini Jabir bin
Hayyan menguraikan panjang lebar tentang pola interaksi muta’allim dan ustadz
dalam bentuk interaksi positif yang seimbang
34.
Al
kabir asy-Syamil
Sebagian
bukunya merupakan klarifikasi mengenai para ilmuwan dan pakar kimia Yunani,
seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Bahkan beberapa istilah teknik juga
digunakan secara internasional, seperti istilah “alkali”.
C.
Zat-zat Temuan Jabir Bin Hayyan
Diketahui bahwa
Jabir Bin Hayyan telah menemukan 19 macam substansi. Substansi dalam istilah
modern kita menyebutnya unsur. Dalam catatan sejarah, Jabir Ibn Hayyan
adalah orang yang pertama kali menemukan asam belerang, natrium karbonat,
pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang sangat urgen, bahkan
hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di
bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain.
Banyak zat-zat
kimia lain yang telah dia temukan yaitu asam asetat dari cuka nitrat, asam
sitrat, asam asetat dan juga asam klorida. Kemudian dia mencoba menggabungkan
asam klorida dan asam nitrat. Dari itu dia pun menemukan asam super yang sangat
keras, disebut juga air raja (aqua regia).
Dan ternyata air raja dapat melarutkan emas. Penemuan ini sangat berarti
bagi para ahli kimia untuk mengekstrasi dan memurnikan emas, bahkan di tahun
berikutnya ditemukan bahwa temuan-temuan dari reaksi asam dapat digunakan pada
logam lainnya.
Jabir Bin Hayyan
memang dikenal telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan dari asam
mineral/asam anorganik seperti asam sulferik, penyulingan tawas, amonia
klorida, pottasium nitrat. Dalam manuskripnya yang berjudul Sandaqal Hikmah
(Rongga Dada Kebijaksanaan) terdapat beberapa paparan Jabir tentang asam. Zat-zat
yang diuji coba olehnya sering kali diambil dari benda-benda yang sering kita
temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti isolasi asam sitrat dan asam tartar
yang telah ia coba lakukan. Asam sitrat tersebut diambil dari lemon , sedangkan
asam tartarat dari sisa pengendapan (residu) setelah membuat anggur.
Ada lagi temuan
lain dari tokoh yang berhasil memasukkan terminologi ‘alkali’ dalam kosakata
sains ini, yaitu sebuah zat aditif yang dapat mencegah karat pada besi dan
membuat bahan tekstil kedap air. Dan masih banyak penemuan Jabir Bin Hayyan.
Pengetahuannya ini juga ia diaplikasikan untuk pembuatan besi dan logam lainnya
serta untuk penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.
D.
Instrumen dan Teori Kimia
Jabir sudah lebih
dulu menggunakan kaca sebagai bahan baku peralatan penelitian kimia. Adapun
instrumen kimia yang telah didisain oleh Jabir diantaranya retort, pippet
dan test tube. Dan ketiga masih digunakan serta dikembangkan hingga saat
ini.
Jabir ibn Hayyan
telah dianggap sebagai orang pertama yang menemukan hukum perbandingan tetap.
Dan juga merupakan orang yang pertama menuliskan teori tentang pemanasan wine
akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal ini yang kemudian menjadi sebuah
jalan bagi Al-Razi dalam menemukan etanol.
Jabir Ibn Hayyan
membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan
proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur,
penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan
oksidasi-reduksi. Semua teknik telah ia siapkan sebelumnya, ia juga telah
membedakan antara penyulingan langsung menggunakan bejana basah dan penyulingan
tak langsung menggunakan bejana kering, dan Jabir lah yang pertama kali
mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melaui proses penyulingan. Penemuan
lainnya dalam bidang kimia yang dikenal hanya satu-satunya di dunia yaitu dalam
pereparasi asam tartar, asam sitrat, asam senyawa dan hidroklorik.Beliau juga
telah sukses membuat skala yang mempunyai ketelitian sangat tinggi sekitar
1/6480 kilogram. Bahkan dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika
ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah
langsung ke karya-karya Jabir Ibn Hayyan.
Ibn Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-malleable (bahan campuran):
Lalu mari kita lihat pernyataan sepuluh abad sebelumnya dari Jabir Bin Hayyan mengenai hal tersebut dalam kitabnya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul Summa Perfecdonis (al Hikmah Al Falsafiyyah):
Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.
Ibn Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-malleable (bahan campuran):
- Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor (kamper), arsenik, amonium klorida, dan sulfur.
- Metal (benda logam), yang dapat ditempa, berkilat, menghasilkan suara. Seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi.
- Benda, bahan mineral yang tidak dapat ditempa dan dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Contohnya batu dan arang.
Lalu mari kita lihat pernyataan sepuluh abad sebelumnya dari Jabir Bin Hayyan mengenai hal tersebut dalam kitabnya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul Summa Perfecdonis (al Hikmah Al Falsafiyyah):
Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.
E.
Simpulan
Jabir Ibn Hayyan
adalah tokoh muslim yang luar biasa dengan karya-karya nyata bagi perkembangan
sains terutama kimia. Beliau berhasil menemukan zat, teori, bahkan
instrumentasi kimia yang sampai saat ini masih digunakan sebagai sebagai dasar
pemikiran. Sebagai muslim yang taat, beliau menyatukan pemikiran-pemikiran
dengan unsur ilahiyah (ketuhanan). Kajian-kajian pemikiran beliau dapat menjadi
khazanah perkembangan islam di dunia ilmiah untuk menunjukkan bahwa ada
harmonisasi antara keteraturan alam dengan Sang Maha Pencipta.
0 komentar:
Posting Komentar