Kamis, 16 Maret 2017

Jabir Ibn Hayyan, Bapak Kimia Modern

JABIR IBN HAYYAN

A.   Biografi Jabir Ibn Hayyan


Abu Musa Jabir bin Hayyan Al Azdi, atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat merupakan seorang ilmuwan dan filsuf terkenal. Beliau diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 M dan wafat 803 M. Tokoh besar yang dikenal dengan sebutan “The father of modern chemistry” ini adalah berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan Al Azdi berasal dari suku Arab Azd adalah seorang ahli di bidang farmasi. Ayahnya termasuk pendukung Dinasti Abbasiyah dan ikut membantu meruntuhkan Dinasti Umayyah. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, ia hijrah dari Yaman ke Kufah yang di mana merupakan salah satu kota pusat pergerakan syi’ah di Iraq. Ketika ayahnya sedang melakukan pemberontakan, ia tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah di Khurasan, kemudian ia dieksekusi dan dihukum mati. Setelah ayahnya meninggal, Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-Qur’an dan berbagai ilmu lainnya dari seorang ilmuwan yang bernama Harbi al-Himyari.
Setelah Dinasti Abassiyah berhasil menumbangkan Dinasti Umayyah, Jabir kembali ke Kuffah. Profesi Ayahnya yang notabene ahli farmasi telah banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran Jabir dan ia sangat tertarik untuk mendalami dan berkarir di bidang kimia. Jabir belajar dari beberapa guru, diantaranya: (1) seorang Imam masyhur yaitu Imam Ja’far Ash-Shadiq, (2) Pangeran Khalid Ibn Yazid, (3) Barmaki Vizier yang merupakan ahli kedokteran pada masa kekhalifahan Abbasiyah dibawah pimpinan Harun Al Rasyid.
Jabir sangat tekun bekerja di laboratorium yang terletak di dekat Bawaddah di Damaskus. Di laboratorium tersebut Jabir menemukan suatu penemuan-penemuan besar. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia sehingga setiap eksperimen dapat di reproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya Hukum Perbandingan Tetap.
Setelah berkarir di Damaskus, Jabir kembali ke Kuffah, tepatnya pasca tragedi Baramikah yang disebabkan oleh sikap para menteri Dinasti Abbasiyah yang sombong dan menyelewengkan sumber-sumber sejarah. Jabir meninggal pada tahun 815 M di Kuffah. Jabir tidak hanya ahli di bidang kimia saja, melainkan ikut memberikan sumbangan keilmuwan di berbagai bidang, seperti farmasi, fisika, filosofi, dan astronomi.

B.    Karya-karya Jabir Ibn Hayyan dan Perannya dalam Perkembangan Kimia Modern.

Jabir terbukti telah mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia. Jabir terus mengembangkan penelitian di bidang kimia sampai mencapai 500 studi. Kontribusi lainnya antara lain: penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Karya-karya Jabir antara lain:
1.       Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan berjudul Summa Perfecdonis. Dan berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir ini dengan judul Summa of Perfection.
2.       Kitab al Rahmah,
3.       Kitab al Tajmi,
4.       Al Zilaq al Sharqi,
5.       Book of The Kingdom, (diterjemahkan oleh Berthelot).
6.       Book of Eastern Mercury, (diterjemahkan oleh Berthelot).
7.       Book of Balance (diterjemahkan oleh Berthelot).
8.       Al Khowash,
9.       Shifah al Kaun (kosmologi),
10.   Al Hikmah al-Mashunah,
11.   Ath-Thobi’ah,
12.   Shunduq al-hikmah (Rongga Dada Kearifan), merupakan sebuah manuskrip.
13.   Al-Lahut,
14.   Ath-thobi’ah al Fa’ilah al-ula al-Mutaharrikah,
15.   Kitab as-Sumum,
16.   Asror al-Hikmah,
17.   As-Sir al-Maknun,
18.   At-Takhlish,
19.   Al-Ihraq,
20.   Al-Ibdah,
21.   Shubh an-Nufus,
22.   As-Sir al-Maktum,
23.   Al-Ijaz,
24.   Al-Juf al-Aswar,
25.   Nihayah al-Itqan,
26.   Istiqsha’at al-Mu’allim,
27.   Al-Kimia al-Jabiriyyah,
28.   Kitab as-Sab’in
29.   Az-Zuhra. Pada abad pertengahan, orang-orang Barat mulai menerjemahkan karya-karya Jabir Ibn Hayyan ke dalam bahasa Latin, dan dari ke-tujuh puluh kitab yang diterjemahkan itu salah satunya adalah kitab yang paling terkenal yaitu kitab ini yang diterjemahkan menjadi Book of Venus
30.   Kitab Al-Ahjar yang diterjemahkan menjadi Book of Stones.
31.   Al Kimya. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy.
32.   Mukhtâr Rasâ`il.
Volume 1 berisi berbagai pembahasan yang di antaranya berkaitan dengan filsafat, teologi, ilmu kalam, logika, aspek-aspek teknis kebahasaan, anatomi, mineral, tumbuhan dan hewan, serta pendidikan.  Dalam hal ini, berbagai topik tersebut diklasifikasikan pada dua aspek penting, sesuai dengan orientasi bahasan, yaitu aspek kimia dan kependidikan.  Pembahasan tentang kimia sendiri, dalam pengertian menyangkut konsep-kimia secara umum, dan proses pembelajaran kimia juga banyak terdapat.
Berdasarkan identifikasi kandungan isi terlihat bahwa buku Mukhtâr Rasâ`il volume 1 memiliki cakupan bahasan yang luas, meliputi berbagai disiplin ilmu.  Cakupan selengkapnya dari keseluruhan isi buku tersebut cukup sulit untuk diinventarisir secara lengkap karena beberapa hal.  Di antaranya, kerumitan bahasa dan terminologi yang digunakan.  Sebagian kosa kata yang terdapat pada buku tersebut cukup sulit untuk dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia kontemporer, maupun karena kesulitan untuk memastikan arti yang tepat dari berbagai istilah yang sekarang sulit ditemukan.
33.   Kitab al-Bahts, di sini Jabir bin Hayyan menguraikan panjang lebar tentang pola interaksi muta’allim dan ustadz dalam bentuk interaksi positif yang seimbang
34.   Al kabir asy-Syamil
Sebagian bukunya merupakan klarifikasi mengenai para ilmuwan dan pakar kimia Yunani, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Bahkan beberapa istilah teknik juga digunakan secara internasional, seperti istilah “alkali”.

C.    Zat-zat Temuan Jabir Bin Hayyan
Diketahui bahwa Jabir Bin Hayyan telah menemukan 19 macam substansi. Substansi dalam istilah modern  kita menyebutnya unsur. Dalam catatan sejarah, Jabir Ibn Hayyan adalah orang yang pertama kali menemukan asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain.
Banyak zat-zat kimia lain yang telah dia temukan yaitu asam asetat dari cuka nitrat, asam sitrat, asam asetat dan juga asam klorida. Kemudian dia mencoba menggabungkan asam klorida dan asam nitrat. Dari itu dia pun menemukan asam super yang sangat keras, disebut juga air raja (aqua regia). Dan ternyata air raja dapat melarutkan emas.  Penemuan ini sangat berarti bagi para ahli kimia untuk mengekstrasi dan memurnikan emas, bahkan di tahun berikutnya ditemukan bahwa temuan-temuan dari reaksi asam dapat digunakan pada logam lainnya.
Jabir Bin Hayyan memang dikenal telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan dari asam mineral/asam anorganik seperti asam sulferik, penyulingan tawas, amonia klorida, pottasium nitrat. Dalam manuskripnya yang berjudul Sandaqal Hikmah (Rongga Dada Kebijaksanaan) terdapat beberapa paparan Jabir tentang asam. Zat-zat yang diuji coba olehnya sering kali diambil dari benda-benda yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti isolasi asam sitrat dan asam tartar yang telah ia coba lakukan. Asam sitrat tersebut diambil dari lemon , sedangkan asam tartarat dari sisa pengendapan (residu) setelah membuat anggur.
Ada lagi temuan lain dari tokoh yang berhasil memasukkan terminologi ‘alkali’ dalam kosakata sains ini, yaitu sebuah zat aditif yang dapat mencegah karat pada besi dan membuat bahan tekstil kedap air. Dan masih banyak penemuan Jabir Bin Hayyan. Pengetahuannya ini juga ia diaplikasikan untuk pembuatan besi dan logam lainnya serta untuk  penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.

D.   Instrumen dan Teori Kimia
Jabir sudah lebih dulu menggunakan kaca sebagai bahan baku peralatan penelitian kimia. Adapun instrumen kimia yang telah didisain oleh  Jabir diantaranya retort, pippet dan test tube. Dan ketiga masih digunakan serta dikembangkan hingga saat ini. 
Jabir ibn Hayyan telah dianggap sebagai orang pertama yang menemukan hukum perbandingan tetap. Dan juga merupakan orang yang pertama menuliskan teori tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal ini yang kemudian menjadi sebuah jalan bagi Al-Razi dalam menemukan etanol.
Jabir Ibn Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Semua teknik telah ia siapkan sebelumnya, ia juga telah membedakan antara penyulingan langsung menggunakan bejana basah dan penyulingan tak langsung menggunakan bejana kering, dan Jabir lah yang pertama kali mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melaui proses penyulingan. Penemuan lainnya dalam bidang kimia yang dikenal hanya satu-satunya di dunia yaitu dalam pereparasi asam tartar, asam sitrat, asam senyawa dan hidroklorik.Beliau juga telah sukses membuat skala yang mempunyai ketelitian sangat tinggi sekitar 1/6480 kilogram. Bahkan dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karya-karya Jabir Ibn Hayyan.
Ibn Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-malleable (bahan campuran):

  • Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor (kamper), arsenik, amonium klorida, dan sulfur.
  • Metal (benda logam), yang dapat ditempa, berkilat, menghasilkan suara. Seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi.
  • Benda, bahan mineral yang tidak dapat ditempa dan dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Contohnya batu dan arang.
Adapun saat ini zat terbagi menjadi metal dan non-metal. Mengenai  kombinasi kimiawi, Jabir mendefinisikannya sebagai penyatuan elemen-elemen dalam partikel yang kecil sekali dan tak kasat mata tanpa ada yang kehilangan karakter-karakternya. Bila diamati teori ini tidak berbeda jauh dengan teori yang dikemukakan oleh John Dalton (1844), ahli kimia dari Inggris, mengenai atom. Gagasan Dalton sebagai berikut: Selama reaksi kimia atom-atom dapat bergabung, atau kombinasi atom-atom dapat pecah menjadi atom-atom yang terpisah, tetapi atom-atom itu sendiri tak berubah.  Reaksi kimia hanya melibatkan penataulangan atom-atom sehingga tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia
Lalu mari kita lihat pernyataan sepuluh abad sebelumnya dari Jabir Bin Hayyan mengenai hal tersebut dalam kitabnya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul Summa Perfecdonis (al Hikmah Al Falsafiyyah): 
Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.
E.   Simpulan 

Jabir Ibn Hayyan adalah tokoh muslim yang luar biasa dengan karya-karya nyata bagi perkembangan sains terutama kimia. Beliau berhasil menemukan zat, teori, bahkan instrumentasi kimia yang sampai saat ini masih digunakan sebagai sebagai dasar pemikiran. Sebagai muslim yang taat, beliau menyatukan pemikiran-pemikiran dengan unsur ilahiyah (ketuhanan). Kajian-kajian pemikiran beliau dapat menjadi khazanah perkembangan islam di dunia ilmiah untuk menunjukkan bahwa ada harmonisasi antara keteraturan alam dengan Sang Maha Pencipta.




0 komentar:

Posting Komentar